Tuesday, November 22, 2011

Pasang surut Hubungan Indonesia dan Malaysia


Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga yang dibatasi oleh Selat Malaka di Malaysia Barat dan Kalimantan Utara di Malaysia Timur. Indonesia memiliki hubugan paling erat dengan Malaysia dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dalam hal sejarah, Malaysia berdiri karena adanya kerajaan Malaka, dan pendiri kerajaan Malaka adalah seorang pangeran dari kerajaan Sriwijaya (sekarang Palembang, Sumatera Selatan). Indonesia dan Malaysia merupakan negara serumpun yang merupakan etnis yang sama dan bisa dikatakan sebagai saudara kandung baik bahasa maupun kesamaan ciri-ciri fisik, selain dengan Malaysia, Indonesia juga serumpun dengan Filipina dan Brunei Darussalam. Selayaknya kehidupan bertetangga, hubungan Indonesia dan Malaysia mengalami pasang surut.
Indonesia dan Malaysia melakukan banyak hubungan bilateral di berbagai bidang, seperti: Politik, Militer dan Pertahanan, Ekonomi dan Investasi, Perdagangan, Perhubungan, dan Penerangan Sosial Budaya. Selain itu Indonesia dan Malaysia, bersama-sama dengan Singapura, Thailand, dan Filipina, mendirikan ASEAN (Association of South East Asian Nation) pada tahun 1967 yakni organisasi regional untuk wilayah Asia Tenggara yang sekarang beranggotakan seluruh negara di Asia Tenggara (kecuali Timor Leste dan Papua Nugini). Presiden Susilo Bambang Yuhoyono menyampaikan dalam pidato beliau mengenai dinamika hubungan Indonesia Malaysia, bahwa Hubungan Indonesia dan Malaysia memiliki cakupan yang luas, yang semuanya berkaitan dengan kepentingan nasional dan kepentingan rakyat. Ada sekitar 2 juta rakyat Indonesia yang bekerja di Malaysia, di perusahaan, di pertanian, dan di berbagai lapangan pekerjaan. Ini adalah jumlah tenaga kerja Indonesia yang terbesar di luar negeri. Tentu saja keberadaan tenaga kerja Indonesia di Malaysia membawa keuntungan bersama, baik bagi Indonesia maupun Malaysia. Sementara itu, sekitar 13,000 pelajar dan mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia, dan 6,000 mahasiswa Malaysia belajar di Indonesia. Ini merupakan asset bangsa yang harus terus dibina bersama, dan juga modal kemitraan di masa depan. Dalam bidang pariwisata, Wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia adalah ketiga terbesar dengan jumlah 1,18 juta orang, dari total 6,3 juta wisatawan mancanegara. Investasi Malaysia di Indonesia 5 tahun terakhir (2005-2009) adalah 285 proyek investasi, berjumlah US$ 1.2 miliar, dan investasi Indonesia di Malaysia berjumlah US$ 534 juta. Jumlah perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 11,4 Miliar pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi Indonesia–Malaysia sungguh kuat.1
Hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia yang kuat bukan berarti tidak ada permasalahan, justru semakin kuat suatu hubungan akan semakin banyak masalah yang akan dihadapi. Masalah utama yang masih sering terjadi dan belum di temukan solusi terbaiknya adalah masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Permasalah itu berupa, banyak TKI yang tidak mendapatkan haknya, seperti gaji yang sering ditunda dan tidak diberi hari libur, lalu tindak kekerasan yang dilakukan oleh majikan yang sangat tidak manusiawi dan melanggar Hak Asasi Manusia. Migrant Care mencatat sedikitnya terdapat 10 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) meninggal dunia akibat disiksa oleh majikannya selama 2007-2011.2
Masalah lain yaitu masalah perbatasan wilayah kedua negara dan pengklaiman pulau-pulau terluar Indonesia. Masalah mengenai perbatasan wilayah yang paling menyorot perhatian dunia Internasional adalah ketika Malaysia melakukan pengklaiman Pulau Sipadan dan Ligitan yang merupakan pulau kecil di perairan dekat kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur sebagai wilayah mereka. Masalah ini berlangsung selama lebih dari tiga dekade dan karena tak kunjung mendapatkan solusi setelah dilakukan perundingan bilateral akhirnya permasalahan tersebut diserahkan kepada Mahkamah Internasional. Pada tahun 2002, Mahkamah Internasional (MI) di Den Haag, Belanda memutuskan bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia.3
Sebenarnya, konflik antara Indonesia dan Malaysia sudah berlangsung sejak pemerintahan presiden Soekarno (dikenal dengan Konfrontasi Indonesia-Malaysia) yaitu ketika keinginan Federasi Malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan Persetujuan Manila, oleh karena itu keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.4  “Ganyang Malaysia” adalah kata-kata yang diucapkan dalam pidato Presiden Soekarno yang membakar semangat patriotisme rakyat Indonesia.
Ekspresi ketidaksukaan baik dari pihak Indonesia maupun Malaysia dilampiaskan dalam dunia maya. Indonesia menyebut Malaysia sebagai “Malingsia” karena beberapa kali mengklaim kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia sebagai kebudayaan mereka, seperti Reog Ponorogo,lagu daerah Maluku Rasa Sayange, dan masuknya Tari Pendet ke dalam acara promosi Malaysia oleh Discovery Channel. Sedangkan Malaysia menyebut Indonesia sebagai “Indon” karena mereka menggangap bahwa orang-orang Indonesia yang tinggal di sana merupakan sumber keonaran dan prilaku tidak beradab.5 Konflik tersebut meluas ke ranah kompetisi antarnegara, seperti kompetisi sepak bola piala AFF (Asean Football Federation), Tim Nasional Indonesia hanya puas menjadi runner-up setelah dikalahkan Tim Nasional Malaysia. Adanya supporter Malaysia yang melakukan tindakan tidak sportif menyulut kemarahan rakyat Indonesia yang berujung pada perang mulut melalui jejaring sosial. Kejadian itu mereda setelah ajang AFF selesai namun diselenggarakannya pesta olahraga se-Asia Tenggara atau SEA GAMES tanggal 11-23 November 2011 di Jakarta dan Palembang kembali menyulut konflik yang mereda tersebut. Pasalnya, muncul akun twitter baru yaitu @MALAYSIA_JAYA yang justru berisi kata-kata tidak pantas yang ditujukan kepada Indonesia bukannya berita-berita yang berisi informasi seputar SEA GAMES kepada masyarakat Malaysia.
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia yang berhubungan dengan negara tetangga Malaysia harus ditindaklanjuti dengan serius. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan segenap  masyarakat Indonesia dalam menyikapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Apa yang disampaikan Presiden SBY tentang memperjuangkan hak-hak TKI dengan cara memberikan perlindungan hukum yang dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia di Malaysia, aktif melakukan langkah-langkah pendampingan dan advokasi hukum untuk memastikan mereka mendapatkan keadilan yang sebenar-benarnya, dan mendirikan sekolah bagi anak-anak Tenaga Kerja Indonesia6 harus benar-benar dilaksanakan dengan tegas. Dalam hal batas wilayah, pemerintah harus segera melakukan perundingan dengan Malaysia dan menuntaskan kembali batas kedua negara baik batas darat, laut, maupun batas-batas yang berhubungan dengan negara lain seperti Singapura. Pemerintah juga harus melakukan tindakan tegas terhadap kebudayaan Indonesia dengan cara mulai membuat hak paten terhadap warisan budaya yang dimiliki bangsa, membuat program-program yang berorientasi pada pelestarian kebudayaan sehingga masyarakat Indonesia mengenali budayanya sendiri ditengah gempuran budaya barat, dan gencar melakukan promosi kebudayaan Indonesia ke dunia Internasional. Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung nilai luhur Pancasila seharusnya dapat mengontrol emosi terhadap kata-kata provokatif, dapat menyikapinya dengan bijak, serta tidak melakukan tindakan berlebihan dan kekerasan. Kata-kata provokatif itu hendaknya dijadikan cerminan diri dan penyemangat agar segenap masyarakat Indonesia bersatu dan tidak terpecah belah untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik dan menunjukkan kepada mereka bahwa Indonesia bisa.

Refrensi:
1kbrikualalumpur.org, (2010), Pidato Presiden RI Mengenai  Dinamika Hubungan Indonesia-Malaysia, [online] available from: http://www.kbrikualalumpur.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=475:pidato-presiden-ri-mengenai-dinamika-hubungan-indonesia-malaysia&catid=58Sabtu  [accesed at 19 November 2011]
2nasional.inilah.com, (2011), 10 TKI Tewas Disiksa Majikan dalam Lima Tahun, [online] available from: http://nasional.inilah.com/read/detail/1649842/10-tki-tewas-disika-majikan-dalam-lima-tahun [accesed at 19 November 2011]
3wikipedia.org, (2011), Hubungan Indonesia dengan Malaysia, [online] available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Malaysia [accesed at 18 November 2011]
4wikipedia.org, (2011), Konfrontasi Indonesia-Malaysia, [online] available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Konfrontasi_Indonesia-Malaysia [accesed at 18 November 2011]
5wikipedia.org, (2011), Sentimen anti-Malaysia di Indonesia, [online] available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Sentimen_anti-Malaysia_di_Indonesia [accesed at 19 November 2011]
6kbrikualalumpur.org, (2010), Pidato Presiden RI Mengenai  Dinamika Hubungan Indonesia-Malaysia, [online] available from: http://www.kbrikualalumpur.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=475:pidato-presiden-ri-mengenai-dinamika-hubungan-indonesia-malaysia&catid=58Sabtu  [accesed at 19 November 2011]


Annisa Eka Rahma
1112003001
Teknik Industri

No comments:

Post a Comment